Wisuda Bersama Program Pendidikan Inisiasi IHI: GLI Batch 4 Luluskan 395 Wisudawan
Sumber foto: Neva dan Aji
Oleh: Amalia Zulfa
Jakarta, 16 Oktober 2024 – Kamis (03/10/2024 ) Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi tempat penyelenggaraan Wisuda Bersama dan Puncak Youth Conservation Festival. Kegiatan seremonial wisuda ini diperuntukkan bagi para wisudawan yang telah menyelesaikan program pendidikan yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia. Tiga program pendidikan tersebut, di antaranya: Green Leadership Indonesia (GLI), Green Youth Movement (GYM), dan Green Public Interest Lawyer (GREENPIL). Ketiganya merupakan program pendidikan yang diperuntukkan bagi para pemuda terpilih yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan menjunjung visi yang sama untuk mewujudkan keadilan sosial dan ekologis di masa mendatang.
Acara pembukaan dibuka dengan sambutan serta laporan dari Ketua Institut Hijau Indonesia sekaligus Kepala Sekolah Green Leadership Indonesia, Chalid Muhammad. Sambutan diawali dengan mengapresiasi para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan rekap laporan rangkaian program pendidikan yang telah diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia. “Kegiatan untuk wisuda ini melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak sekali pihak,” ujarnya. Dari Program Pendidikan GLI Batch 4 sendiri telah mencetak 395 wisudawan yang berasal dari 37 provinsi.
Sebelum menutup pidato, beliau menitipkan pesan kepada seluruh wisudawan yang hadir, “Akan lahir pemimpin-pemimpin hebat untuk Indonesia di masa mendatang. Akan lahir pemimpin-pemimpin yang memiliki visi dan hati untuk keadilan sosial dan keadilan ekologis. Tak ada artinya kemajuan jika ketidakadilan merajalela. Kemajuan hanya mungkin bisa bermakna dan berarti kalau ada pemajuan keadilan sosial dan ekologis. Harapannya ada pada Anda semua, yang akan diwisuda pada hari ini,” pungkasnya.

Sumber: Neva dan Aji
Acara wisuda kali ini terasa hangat saat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dalam sesi sambutan singkatnya ungkap rasa senangnya ketika melihat raut wajah para wisudawan yang ada di hadapannya. “Dalam 10 tahun perjalanan saya sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke berbagai negara dan konvensi-konvensi yang telah saya hadiri, saya berani mengatakan bahwa partisipasi generasi muda Indonesia termasuk yang terdepan di dunia,” ujarnya.
Menurutnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi national focal point untuk perubahan iklim, yang berarti diharuskan dapat menjaga segala sektor, termasuk sektor energi, kelautan, industri, human settlepoint, sampah limbah, dan lain-lain. Untuk menjalankan hal tersebut, peran dari seluruh lapisan pihak juga sangat diperlukan. “Dalam hal ini, kaum muda menjadi salah satu aktor penting dalam upaya mewujudkan keadilan iklim dan keadilan antargenerasi. Saya yakin kaum muda memiliki potensi besar untuk dapat berpikir kritis didukung dengan data dan analisis yang tajam serta dapat tampil dengan narasi yang solid, mendalam, dan elaboratif sesuai dilandasi dengan rasa cinta tanah air serta sesuai dengan tujuan nasional Indonesia,” tambahnya.
Sebelum menutup pidatonya, beliau mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah berhasil menyukseskan program pendidikan ini, terutama kepada pihak Institut Hijau Indonesia sebagai inisiator dari program pendidikan yang diharapkan dapat menyebar ke lebih banyak tempat lagi. “Sebentar lagi saya akan mengakhiri jabatan saya sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Apa yang selama ini telah dirintis, saya berharap dapat terus membesar, karena situasi yang berat ini harus dihadapi secara bersama-sama,” tutupnya.
Faris Rega, salah satu wisudawan GLI Batch 4 yang berasal dari Jawa Timur mengungkapkan rasa senangnya saat bisa diwisuda dan bertemu secara langsung dengan Menteri LHK, Siti Nurbaya. “Speech yang disampaikan oleh Ibu Menteri membuat saya sadar bahwa perjalanan kami yang masih panjang ini sudah mulai terlihat dampaknya, terutama saat dikatakan bahwa partisipasi pemuda pegiat lingkungan di Indonesia termasuk yang terbaik di seluruh dunia,” ungkapnya. Ia juga merasa senang dapat bertemu dengan para peserta lain, yang mana selama ini hanya bersua melalui media daring. “Perasaan saat bertemu teman-teman, seperti bertemu saudara yang sudah sangat akrab. Hangat dan erat sekali kekeluargaan yang kami rasakan, meskipun selama ini hanya berkomunikasi melalui Zoom Meeting,” tambahnya.
Berasal dari wilayah barat Indonesia, Arki Liunima, wisudawan GLI Batch 4 yang berasal dari Teminabuan, Provinsi Papua Barat Daya juga mengungkapkan rasa haru dan bahagianya saat bisa bertemu dengan teman-teman peserta lainnya. “Selain bahagia bisa bertemu teman-teman, saya juga sempat meneteskan air mata saat pertama kali bertemu dengan Ibu Siti Nurbaya. Saya terharu karena telah diberi kesempatan secara langsung oleh beliau dan diberi motivasi untuk terus bersemangat serta menjadi manfaat untuk banyak orang,” jelasnya. Selain itu, ia juga menyampaikan rencana dan keinginannya setelah kembali ke kampung halamannya. “Saya berencana menciptakan program cinta lingkungan yang dimulai dari hal-hal kecil serta mengajak orang sekitar untuk dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.”
Faris dan Arki sepakat dan memiliki harapan besar supaya program pendidikan yang telah diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia ini dapat dilanjutkan di masa mendatang. Tujuannya adalah untuk bisa memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak muda dalam menambahkan pengetahuannya serta turut menyadarkan banyak pihak akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Penyelenggaraan kegiatan ini tidak hanya dilakukan secara luring di Gedung Manggala Wanabakti, melainkan juga diadakan secara daring melalui virtual Zoom Meeting. Sifaul Azizah, wisudawan GLI Batch 4 yang berasal dari Riau mengungkapkan rasa bangganya meski tak bisa hadir secara luring di Jakarta dan hanya bisa mengikuti acara melalui virtual Zoom Meeting. “Bahagia tapi sedih. Tapi juga tetap bangga karena bisa melihat teman-teman di Manggala Wanabakti meskipun hanya dari layar laptop,” ujarnya. Saat acara berlangsung, ia juga masih disibukkan dengan mengajar siswa-siswa sekolah menengah pertama di daerah tempat tinggalnya. “Persiapan saya untuk mengikuti wisuda daring adalah mempersiapkan perangkat tentunya, serta mempersiapkan diri melihat teman-teman yang hadir secara langsung dapat bertegur sapa, sedangkan saya di depan layar dan masih harus disambi dengan pekerjaan,” tambahnya.