Blog Details

Featured blog image
After Class Report

Orientasi dan Pembukaan Green Leadership Indonesia Batch 5

Author

Admin

Oleh: Zahrah

Minggu, 24 Agustus 2025 menjadi hari yang dinanti para peserta GLI Batch 5. Setelah seleksi ketat dan cukup selektif, pendidikan GLI Batch 5 akhirnya resmi dibuka oleh Steering Committee sekaligus Kepala Sekolah Green Leadership Indonesia, Bapak Chalid Muhammad.

Green Leadership Indonesia (GLI) adalah sebuah program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang bertujuan untuk mencetak pemimpin muda yang berintegritas dan memiliki perspektif keadilan sosial-ekologis. GLI diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia (IHI), yang didukung oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa), dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI)

Pembukaan GLI Batch 5 menyoroti tantangan besar yang dihadapi generasi muda saat ini, yakni triple planetary crisis. Kepala Sekolah GLI, Bapak Chalid Muhammad menegaskan bahwa krisis ini mencakup krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. "Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah dengan kenaikan suhu global +1,68°C, deforestasi Indonesia meningkat 57%, menyebabkan jutaan hektar hutan hilang, 1 juta spesies terancam punah dan lebih dari 11 juta ton plastik mencemari laut setiap tahunnya," ungkap beliau.

Pak Chalid juga menambahkan, di tengah situasi yang mendesak ini, pendidikan GLI Batch 5 hadir untuk menciptakan pemimpin muda yang berintegritas, kritis dan berperspektif keadilan sosial-ekologis. GLI membangun kesadaran ekologis, menghubungkan isu lokal, nasional dan global sekaligus menumbuhkan jejaring kepemimpinan kolektif yang mampu menjawab tantangan krisis lingkungan dan krisis sosial di Indonesia. Pak Chalid menekankan, "kepemimpinan hijau bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan dan keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan masa depan bumi sekaligus keberlangsungan generasi yang akan datang."


Pemaparan oleh Steering Committee Green Leadership Indonesia

Selain Kepala Sekolah GLI, Steering Committee GLI lainnya juga turut hadir menyambut seluruh peserta GLI Batch 5 sekaligus memberikan pengantar. Bapak Selamet Daroini selaku Direktur Eksekutif IHI menyoroti tantangan besar yang dihadapi kota-kota di era triple planetary crisis. Beliau menjelaskan, "Lebih dari 55% penduduk dunia tinggal di kota yang menyumbang 70% emisi global, dengan risiko banjir, rob, polusi, sampah hingga gempa dan tsunami yang paling berat dirasakan oleh warga miskin kota." Meskipun demikian beliau juga melihat kota sebagai sumber solusi. "Sektor energi, transportasi, bangunan, dan sampah bisa menurunkan emisi hingga 90%," tambahnya.

Selanjutnya, Bapak Dani Setiawan dari Kesatuan Nasional Nelayan Indonesia (KNTI) mengungkapkan paradoks yang terjadi di sektor perikanan. "93% nelayan Indonesia adalah nelayan kecil yang masih hidup dalam kerentanan meski laut menyimpan potensi besar. Paradoks ini menunjukkan pentingnya melindungi hak akses dan tenurial nelayan untuk mewujudkan keadilan sosial-ekologis. Ancaman iklim, pencemaran, dan IUU Fishing semakin memperburuk keadaan."

Sebagai respons, KNTI mendorong berbagai program, seperti Sekolah Nelayan, inovasi pengolahan hasil tangkapan, konservasi mangrove, serta perlindungan sosial dan advokasi kebijakan. Bagi Pak Dani, "pesisir adalah ruang hidup sekaligus benteng terakhir ekologi bangsa," dan ia berharap Green Leaders bisa menjadi jembatan perjuangan untuk mewujudkan laut yang berdaulat, adil, dan lestari.

Kemudian, Bapak Agung Wibowo dari HuMa memberikan kritik tajam terhadap sistem hukum Indonesia. Ia menilai, sistem tersebut, "seringkali melanggengkan kekuasaan negara, mengabaikan keadilan bagi kelompok marginal dan menutup ruang hukum berbasis komunitas." Beliau menjelaskan bahwa atas nama "kepastian hukum," rakyat kecil seringkali menjadi korban dan tradisi lokal diabaikan. 

Untuk mengatasi masalah ini, HuMa mendorong pendidikan hukum rakyat, riset aksi partisipatif, dan wacana hukum alternatif yang berpihak pada masyarakat. "Dengan demikian, hukum dapat berfungsi sebagai alat perjuangan untuk keadilan sosial dan ekologis, bukan sekadar instrumen kekuasaan," pungkas Pak Agung.

Terakhir, Fachruddin Dukomalamo selaku Project Officer (PO) GLI Batch 5 memberikan laporan singkat mengenai pendaftaran dalam sambutannya. Fachruddin menyampaikan bahwa  antusiasme pendaftar tahun ini cukup besar. "Terdapat 776 pendaftar dari 35 provinsi, kemudian disaring menjadi 526 peserta melalui proses seleksi administrasi dan wawancara yang dibantu oleh 20 panelis independen dari alumni GLI 4," terangnya. 

Fachruddin menambahkan bahwa profil peserta sangat beragam serta membawa berbagai pemikiran isu lingkungan, "profil peserta mencakup mahasiswa hingga profesional seperti petani, nelayan, dan guru, dengan representasi gender yang seimbang. Mereka juga membawa berbagai isu lingkungan dan sosial yang relevan, mulai dari perubahan iklim hingga konflik agraria."

Pada hari sebelumnya, juga telah dilaksanakan orientasi regional, disana Fachruddin turut hadir untuk memperkenalkan para OC beserta jajaran kelompok kerja, dimulai dari Koreg 1-9, Builders, Weavers, Star dan Fasilitator yang akan mendampingi peserta sepanjang proses pendidikan GLI Batch 5.

Zepanya Sihombing selaku Builders (Head of Syllabus and Program) menyampaikan roadmap serta alur pendidikan GLI Batch 5, termasuk tahapan dan proses yang akan dijalani peserta, serta gambaran umum mengenai target dan capaian akhir. Setelah itu, Ulfatur Roziana selaku Weavers (Asset and Talent Manager) juga menguraikan tata tertib dan skema komunikasi GLI Batch 5, agar proses pendidikan berjalan disiplin dan efektif. 

Inovasi utama tahun ini adalah pengenalan Learning Management System (LMS). Aplikasi web ini, yang baru pertama kali digunakan di GLI, akan berfungsi sebagai ruang belajar digital. Pengenalan LMS ini memastikan para peserta siap untuk mengoptimalkan pengalaman belajar mereka dan mewujudkan komitmen mereka terhadap kepemimpinan hijau. 

Dengan inovasi online learning, GLI Batch 5 diharapkan mampu melahirkan pemimpin hijau yang tidak hanya tangguh menghadapi tantangan global, tetapi juga mampu menjejak kuat di daerahnya. Pendidikan ini menjadi bukti nyata bahwa transformasi kepemimpinan hijau harus dimulai dari penguatan kapasitas, jejaring, dan kesadaran kritis para pemimpin muda di seluruh Indonesia. 

Pembukaan GLI Batch 5 menjadi momentum penting bagi lahirnya pemimpin-pemimpin hijau di Indonesia. Dengan bekal kapasitas, jaringan, serta inovasi digital yang ditawarkan, para peserta diharapkan mampu menggerakkan perubahan nyata di komunitas masing-masing. GLI percaya, kepemimpinan hijau adalah kunci untuk menjawab tantangan zaman dan memastikan keberlanjutan kehidupan lintas generasi.