Blog Details

Featured blog image
After Class Report

Mengenali Potensi Diri dan Nilai-Nilai Dasar Green Leadership sebagai Fondasi Karakter Kepemimpinan Hijau

Author

Elfa Restiani

Lead Green, Start From Within – Hanna Adelia Runtu

Sabtu, 30 Agustus 2025, Green Leadership Indonesia Batch 5 kembali menghadirkan Layer Character Building dengan tema “Nilai-Nilai Dasar Green Leadership: Membangun Karakter Pemimpin Hijau dan Transformasi Diri untuk Keadilan Sosial dan Ekologis”. Kelas ini dipandu oleh Hanna Adelia Runtu, Field Director of Pongo Ranger Community, YSEALI Academic Fellow 2022, sekaligus alumni GLI Batch 1.

Dalam pemaparannya, Kak Hanna menekankan bahwa setiap individu memiliki potensi berupa keterampilan, bakat, dan nilai pribadi yang unik. Potensi itu bisa berupa hard skill, soft skill, maupun nilai dasar seperti empati, integritas, dan tanggung jawab. Namun, potensi saja tidak cukup jika tidak diarahkan oleh nilai-nilai kepemimpinan hijau. Mengacu pada teori Abraham Maslow tentang aktualisasi diri dan Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional, Kak Hanna mengajak peserta untuk mengenali potensi diri, mengelolanya melalui refleksi dan analisis SWOT, serta menumbuhkannya dalam ruang sosial, komunitas, dan pengalaman hidup.

Lebih jauh, kepemimpinan hijau atau Green Leadership didefinisikan sebagai kepemimpinan yang berpijak pada keadilan sosial-ekologis bukan sekadar pencapaian ekonomi jangka pendek. Ada empat nilai utama yang menjadi kompas moral yaitu empati, integritas, keberanian dan adaptif. Empati menumbuhkan perspektif yang adil bagi manusia maupun alam. Integritas membangun kepercayaan. Keberanian mendorong konsistensi dalam keputusan sulit dan adaptif memastikan relevansi pemimpin di tengah krisis yang terus berubah.

Pengalaman Kak Hanna bersama Pongo Ranger Community sejak 2016 menjadi bukti nyata. Di tengah keterbatasan dana, rendahnya partisipasi masyarakat dan konflik kepentingan, ia bersama tim membuktikan bahwa konservasi dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat. Upaya rehabilitasi mangrove, ekowisata pesisir dan inovasi pengolahan hasil tangkapan bukan hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga menghadirkan manfaat ekonomi. Kisah ini menegaskan bahwa kepemimpinan hijau lahir dari keberanian konsisten, proses jatuh bangun, serta kemauan untuk terus belajar.

Kelas ini juga menggarisbawahi bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing untuk berkontribusi. Tidak semua gerakan harus besar; bahkan langkah kecil di akar rumput tetap berarti jika dijalankan dengan nilai-nilai kepemimpinan hijau. Seperti gerakan Fridays for Future atau Pandawara Group, potensi yang diarahkan dengan benar dapat menjadi motor perubahan sosial-ekologis.

Pada akhirnya, menjadi Green Leader bukan tentang posisi atau jabatan melainkan tentang kesiapan untuk terus belajar, menggali potensi dan meneguhkan nilai. Seperti pesan Kak Hanna, kepemimpinan hijau dimulai dari dalam diri—lead green, start from within untuk mewariskan jejak keberlanjutan bagi generasi mendatang.