Blog Details

Featured blog image
SUAR

EMPOWERING YOUTH THROUGH LOCAL AND BLUE FOOD

Author

Mutia Dikara Darnifa

Jika bukan kita generasi muda yang turut melestarikan dan mengembangkan potensi hasil alam Indonesia, lalu siapa lagi yang diharapkan? Negeri tetangga? tentu tidak. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sangat beragam, baik itu di darat maupun di laut. Potensi ini memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu kebutuhan hidup yang paling dasar bagi masyarakat adalah pangan. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting demi keberlangsungan hidup manusia, sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu hal yang sangat krusial. Menurut FAO, ketahanan pangan merupakan suatu kondisi di mana semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi yang memadai terhadap pangan yang cukup, aman, bergizi, dan berkualitas. Upaya mewujudkan ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan keterlibatan kelompok petani. 

Secara umum, petani merupakan individu yang memanfaatkan sumber daya alam untuk dijadikan bahan pangan atau bahan baku industri melalui kegiatan seperti bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sesuai dengan pendapat Hadiutomo (2012) bahwa petani adalah orang yang melakukan kegiatan pada sektor pertanian baik pertanian kebun, ladang, sawah, perikanan, dan lainya pada suatu lahan yang di garap dengan tujuan mendapat keuntungan ekonomi. Ketika berbicara tentang petani, perhatian kita hampir selalu tertuju pada pertanian darat seperti padi, jagung, dan sayuran. Padahal, ada kelompok lain yang sama pentingnya namun sering luput dari perhatian yaitu “petani perairan” atau para nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah hasil laut. Mereka juga merupakan pendukung ketahanan pangan Indonesia dari segi pangan biru. Pangan biru merupakan pangan yang dihasilkan dari perairan, baik melalui perikanan budidaya maupun perikanan tangkap (Naylor, R.L., et.al), seperti ikan, rumput laut, kerang, hingga alga sebagai bahan pangan.

Gambar 1. Hasil tangkapan nelayan

(source: Doc.ANTARA FOTO)

Dewasa ini banyak anak muda yang kurang tertarik untuk berkecimpung di sektor pertanian maupun perikanan karena sektor ini dianggap tidak menjanjikan, penuh risiko, dan kurang bergengsi. Di sisi lain, perubahan iklim juga semakin mengancam produktivitas pangan, baik darat maupun laut. Jika situasi ini dibiarkan, masa depan ketahanan pangan Indonesia bisa terancam. Melalui program pemerintah dalam ketahanan pangan, harapannya pangan biru dapat mendukung program tersebut secara bijaksana. Demi mewujudkan hal tersebut, tentu diperlukan kolaborasi dari generasi muda untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Sebagai anak muda yang memiliki kesempatan untuk mengambil peran dalam mendukung program ketahanan pangan ini kita bisa memulainya dari langkah-langkah kecil terlebih dahulu. Misalnya dengan membiasakan diri untuk mengkonsumsi pangan lokal. Pangan lokal adalah jenis makanan yang diolah dan disajikan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu dengan memanfaatkan potensi serta kearifan lokal yang dimiliki wilayah tersebut. 

Pangan lokal berasal dari sumber daya lokal seperti padi, sagu, jagung, sorghum, kacang, umbi-umbian, hasil laut, buah, dan rempah. Setiap wilayah Indonesia memiliki pangan lokal dengan khas daerah masing-masing, contohnya ikan keumamah khas Aceh yang kaya akan rempah, arsik ikan mas yang terkenal di Sumatera Utara, di Jawa Timur terdapat bumbu khas dalam berbagai masakan yaitu petis udang, di Sulawesi juga tidak kalah menarik karena sambal roa nya yang dapat menambah nafsu makan, sementara di wilayah timur Indonesia terdapat papeda yang disandingkan dengan ikan kuah kuning sehingga memberikan rasa gurih dan segar serta bernilai gizi tinggi, dan masih banyak pangan lokal dari daerah lainnya yang penuh cita rasa. Semua makanan khas yang disebutkan diatas merupakan pangan lokal yang bahan utamanya berasal dari hasil laut atau pangan biru dan bisa dikonsumsi dengan sumber karbohidrat lainnya selain beras. 

Gerakan pangan lokal ini mengajak kita untuk kembali pada kekayaan bumi sendiri dengan memanfaatkan potensi sumber daya pangan dari daerah masing-masing. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditas, seperti beras, yang hingga kini masih menjadi sumber utama karbohidrat bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (2023), sekitar 60-65% pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh beras, sementara potensi pangan lokal lain seperti sagu, jagung, ubi, dan sorgum belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, menurut FAO (Food and Agriculture Organization), diversifikasi pangan berbasis lokal mampu meningkatkan ketahanan pangan sekaligus menurunkan risiko gizi buruk.

Gambar 2. Ilustrasi ragam jenis pangan lokal 

Melalui gerakan ini, masyarakat diharapkan terdorong untuk membangun pola makan yang lebih sehat, bergizi, dan beragam. Dengan mengonsumsi pangan lokal berarti kita sudah berupaya untuk mendorong sistem pangan yang berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada produk impor, dan mengurangi jejak karbon dari distribusi pangan. Disamping itu, dari segi ekonomi kita juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan, dan UMKM dalam memperkuat ekonomi lokal. Apalagi di era serba digital saat ini memberikan peluang yang sangat besar bagi generasi muda untuk mengenalkan dan memasarkan produk pangan lokal melalui berbagai platform media sosial bahkan bisa menjadi komoditas ekspor, sehingga dapat menambah keuntungan ekonomi bagi petani, nelayan, dan UMKM. Apabila dengan upaya tersebut tingkat kesejahteraan petani maupun nelayan sudah terjamin, maka yakinlah akan banyak anak-anak muda yang ingin berkontribusi di sektor ini.

Gambar 3. Ilustrasi generasi muda mendukung pangan lokal

Oleh karena itu, sebagai anak muda yang masih memiliki perjalanan panjang, mari sama-sama kita jaga lingkungan sekitar dan dukung ketahanan pangan melalui konsumsi pangan lokal serta gaya hidup yang berkeadilan sosial dan ekologis. Harapannya agar generasi selanjutnya tidak hanya sekedar mendengar “nama” sumber daya alam nya saja tetapi juga masih bisa merasakan keberagaman cita rasa dari olahan sumber daya alam tersebut. 

 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pangan Nasional. Laporan Kinerja dan Statistik Pangan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Badan Pangan Nasional, 2023.

Food and Agriculture Organization (FAO). The State of Food Security and Nutrition in the World 2023: Urbanization, Agrifood Systems Transformation and Healthy Diets across the Rural–Urban Continuum. Rome: FAO, 2023. 

Hadiutomo, K. (2012). Mekanisasi Pertanian. PT Penerbit IPB Press.
Naylor, R.L., Kishore, A., Sumaila, U.R., Issifu, I., Hunter, B.P., Belton, B., dan Crona, B. (2021). Blue food demand across geographic and temporal scales. Nature communications, 12(1):  1-14.