Aroma Leluhur: Apa itu Traditional Ecological Knowledge
Leluhur Indonesia sejak lama telah mempunyai budaya dan kearifan lokal yang menyatu dengan alam tempat tinggalnya. Salah satu bentuk kearifan tersebut adalah Traditional Ecological Knowledge (TEK) atau pengetahuan ekologi tradisional yang merupakan pengalaman turun-temurun selama ribuan tahun yang diperoleh melalui interaksi langsung manusia dengan alam sekitar.
TEK: Warisan Ribuan Tahun yang Terus Hidup
Tidak banyak yang tahu, pengetahuan kuno nenek moyang kita tentang alam ternyata masih hidup hingga kini. Traditional Ecological Knowledge (TEK) bukan sekadar ilmu lingkungan, tapi juga gaya hidup yang mengajarkan keharmonisan manusia dan alam.
TEK diwariskan dari leluhur bangsa ini, meski tak ada catatan pasti kapan pengetahuan ini mulai ada. Ia adalah warisan sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan secara holistik.
Komunikasi lisan, mitos, ritual, dan praktik sehari-hari menjadi media pelestarian TEK dari generasi ke generasi. Semua ini menjaga keseimbangan antara manusia dan alam sekitar.
Salah satu contoh TEK ada pada masyarakat adat Cerekang di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Mereka membagi wilayah dan mengelola hutan dengan etika adat yang ketat. Upacara mappasolong adalah wujud penghormatan mereka kepada hutan, ritual yang telah diwariskan sejak zaman leluhur mereka.
Peran TEK di Berbagai Bidang
Pengetahuan tradisional masyarakat adat bukan sekadar menjaga keseimbangan ekosistem, tapi juga menyimpan kekayaan dalam bidang pertanian dan pengobatan alami menggunakan tanaman. Masyarakat lokal menguasai pengetahuan mendalam tentang tanaman dan hewan yang hanya mereka ketahui, menjadikannya aset berharga untuk keberlanjutan sumber daya alam.
Misalnya, Masyarakat Adat Cireundeu mengandalkan singkong sebagai makanan pokok dan bahan olahan lainnya. Suku Sasak di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memanfaatkan alang-alang, bambu, dan rotan sebagai bahan utama rumah tradisional mereka. Sementara itu, Masyarakat Adat Jalawastu di Brebes, Jawa Tengah, menggunakan daun antanan sebagai obat tradisional untuk mengatasi sakit kepala dan demam. Kisah-kisah ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal terus menjaga harmoni antara manusia dan alam.

Bagian-bagian dalam TEK
Bussey (2016) menjelaskan bahwa TEK terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
- Pengetahuan lokal dan hal terkait binatang. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang lingkungan dan komponen yang ada didalamnya termasuk pemahaman terkait binatang yang ada.
- Pengelolaan tanah dan sumber daya. Cara masyarakat mengatur dan memanfaatkan tanah serta sumber daya alam secara bijak agar tetap lestari dan bisa digunakan terus menerus sesuai dengan kepercayaan dan budaya mereka
- Lembaga sosial yang ada didalamnya meliputi aspek ekonomi, sosial, spiritual dan pemerintahan, Aturan dan sistem dalam masyarakat yang mengatur kehidupan bersama, termasuk cara ekonomi berjalan, interaksi sosial, kepercayaan spiritual, dan tata pemerintahan komunitas.
- Pandangan terhadap dunia. Bagaimana cara masyarakat memandang alam dan kehidupan secara keseluruhan. Hal ini menjadi dasar sikap dan tindakan mereka dalam menjaga lingkungan dan hubungan dengan sesama dan alam sekitar
Enam Dimensi TEK Menurut Houde (2007)

Deskripsi enam dimensi TEK menurut Houde (2007)
- Pengamatan Langsung. Pemahaman yang mendalam terhadap dinamika sosial dan ekosistem diperoleh melalui pengamatan rutin dalam aktivitas sehari-hari.
- Sistem Pengelolaan. Pendekatan yang digunakan oleh masyarakat hukum adat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk upaya adaptasi dan pelestarian hutan adat.
- Pemanfaatan dari Masa Lalu hingga Kini. Pengetahuan warisan tentang pengelolaan lingkungan yang meliputi praktik-praktik tradisional yang masih relevan hingga saat ini serta kaitannya dengan aspek budaya dan sejarah dari Traditional Ecological Knowledge (TEK), menegaskan pentingnya aspek temporal dalam mempertahankan pengetahuan tradisional yang terus diwariskan melalui interaksi harian dan menjadi bagian esensial kehidupan masyarakat.
- Etika dan Nilai-nilai. Keterkaitan antara kepercayaan, fakta, dan praktik yang mencerminkan nilai-nilai mulia, seperti penghormatan terhadap alam.
- Identitas dan Budaya. Fungsi TEK dalam membangun identitas budaya lewat pemahaman cerita, nilai-nilai, dan hubungan sosial yang berkembang di suatu wilayah.
- Kosmologi. Pandangan dunia yang menjadi dasar dari kelima aspek tersebut, meliputi asumsi dan kepercayaan tentang mekanisme kerja alam semesta.
Kosmologi dalam TEK
Kosmologi memegang peranan penting dalam Traditional Ecological Knowledge (TEK) sebagai fondasi utama yang menghubungkan berbagai aspek pengetahuan masyarakat adat tentang lingkungan mereka. Sebagai pandangan dunia, kosmologi membentuk cara masyarakat memahami alam semesta. Hal ini menjadi dasar bagi pengamatan dan pengalaman nyata terhadap flora, fauna, serta sumber daya alam di sekitar mereka.
Dalam kerangka TEK, kosmologi tidak hanya berfungsi sebagai pandangan filosofis, tetapi juga sebagai titik temu bagi enam dimensi penting lainnya. Ini meliputi sistem pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan dan pemanfaatan pengetahuan yang diwariskan dari masa lalu hingga saat ini. Kosmologi juga membentuk nilai dan etika yang mengatur hubungan manusia dengan alam.
Selain itu, kosmologi memperkuat identitas budaya masyarakat adat. Ia mengarahkan cara mereka berinteraksi dengan lingkungan secara spiritual dan sosial.
Contoh kosmologi yang unik berasal dari masyarakat Cérékang. Mereka memiliki mitos tentang Batara Guru yang turun dari alam surga dan We Nyiliq Timo yang naik dari dunia bawah. Pertemuan keduanya di alam tengah menandai awal kehidupan dan membawa kedamaian bagi dunia.
Kosmologi Cérékang terbagi menjadi tiga dimensi utama: alam atas atau surga (boting langi), alam tengah atau bumi (ale lino), dan alam bawah atau lautan bawah air (buri liyu). Dalam pandangan mereka, para dewa dan dewi menghuni alam atas dan bawah, sementara manusia tinggal di alam tengah.
Cerita dan sistem kosmologi ini menjadi landasan yang menjelaskan asal-usul kehidupan. Ia juga mengatur hubungan harmonis antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.
(daftar pustaka)
Akhmar AM, Rahman F, Supratman S et al. 2022. Poured from The Sky: The story of Traditional Ecological Knowledge in Cérékang Forest conservation. Forest and Society 6(2):527-546. DOI: 10.24259/fs.v6i2.15176
Berkes F. 1999. Sacred Ecology: Traditional Ecological Knowledge and Resource Management. Taylor & Francis.
Bussey et al, 2016. “’A Lot of it Comes from the Heart’: The Nature and Integration of Ecological Knowledge in Tribal and Nontribal Forest Management”. Journal of Forestry 144(2): 97-107. DOI: 10.5849/jof.14-13.
Houde N. 2007. The Six Faces of Traditional Ecological Knowledge: Challenges and Opportunities for Canadian Co-Management Arrangements. Ecology and Society 12(2). URL:http://www.jstor.org/stable/26267900