Blog Details

Featured blog image
After Class Report

Meneguhkan Kepemimpinan Maritim Indonesia: Belajar dari Laut

Author

Yogi Wahyudi

Minggu, 21 September 2025, Green Leadership Indonesia (GLI) Batch 5 kembali menggelar Kelas Layer Lokal dengan tema kepemimpinan maritim. Pada kesempatan ini, peserta diajak mendalami peran laut sebagai sumber daya terakhir bangsa melalui materi yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Riza Adha Damanik, S.T., M.Si., Ph.D., IPU, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM RI, Ketua Umum ISKINDO, Ketua Pembina KNTI, sekaligus Senior Fellow Laboratorium Indonesia 2045.


Kelas berlangsung hangat sejak awal, dipandu oleh Bang Luqman selaku Master of Ceremony dan Kak Andini Lestari sebagai moderator. Keduanya merupakan alumni Green Leadership Indonesia Batch 4. Kehadiran Bang Luqman dan Kak Andini Lestari tidak hanya menjaga ritme acara tetap hidup, tetapi juga menciptakan ruang yang nyaman bagi peserta untuk belajar dan berdiskusi.

Bapak Muhammad Riza Adha Damanik menyampaikan materi berjudul “Meneguhkan Kepemimpinan Maritim Indonesia: Pengelolaan Berbasis Ekologi dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.” Beliau menyoroti tantangan besar yang dihadapi bangsa kita, mulai dari perubahan iklim, kerusakan lingkungan, hingga menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya laut. Kondisi ini berdampak langsung pada ekosistem pesisir serta kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidup pada laut. Menurut beliau, laut adalah the last resources bagi Indonesia. Ketika sumber daya darat semakin terbatas dan rusak, hanya laut yang dapat menjadi penopang utama bagi pangan, energi, dan ekonomi bangsa di masa depan.

Di sisi lain, potensi ekonomi biru Indonesia sangatlah besar, meliputi perikanan, pariwisata, energi terbarukan, hingga bioteknologi maritim. Namun tren global menunjukkan adanya penurunan produktivitas perikanan, stagnasi pengelolaan limbah, serta ancaman terhadap keanekaragaman hayati laut. Hal ini menuntut lahirnya kepemimpinan maritim yang berkomitmen pada ekologi sekaligus pemerataan kesejahteraan.

Dalam sesi diskusi, para Leaders menyampaikan beragam pertanyaan kritis yang memperkaya jalannya kelas. Menanggapi hal tersebut, Bapak Riza menegaskan bahwa ekonomi biru bukanlah pengganti, melainkan penyempurnaan dari ekonomi hijau. Praktik kearifan lokal seperti sasi di Maluku dan mane’e di Sulawesi terbukti mampu menjaga laut sekaligus menopang ekonomi, sehingga perlu dihidupkan kembali dan diperkuat dengan teknologi digital maupun artificial intelligence.

Terkait data kelautan, beliau menjelaskan pentingnya Indeks Kesehatan Laut Indonesia (IKLI) sebagai instrumen baru untuk memantau kondisi laut, meskipun tantangannya ada pada keterbatasan sumber daya manusia. Untuk proyek besar seperti reklamasi, beliau mengingatkan perlunya kajian ekologi yang serius dan konsultasi publik yang nyata, belajar dari pengalaman Belanda yang konsisten lintas generasi dalam mengelola pesisir.

Dalam konteks kesejahteraan masyarakat, Bapak Riza menegaskan bahwa masyarakat pesisir tidak boleh hanya menjadi objek kebijakan. Mereka harus dilibatkan sejak awal, bahkan pemuda perlu proaktif mengambil peran dalam riset, organisasi, dan forum publik. Mengenai harga ikan yang tinggi namun tidak menyejahterakan nelayan, beliau mengidentifikasi rantai distribusi yang terlalu panjang sebagai masalah utama. Solusi yang ditawarkan adalah inovasi teknologi, digitalisasi, dan pemanfaatan AI untuk memangkas rantai distribusi, sehingga harga lebih adil dan nelayan memperoleh keuntungan yang layak.

Beliau juga menekankan bahwa generasi muda, termasuk peserta GLI, memiliki peran penting untuk membawa perspektif baru dalam menjaga laut dan memanfaatkannya secara berkelanjutan. Dalam konteks daerah, Kepulauan Riau menjadi contoh nyata wilayah strategis yang kaya sumber daya namun rentan terhadap pencemaran dan eksploitasi, sehingga memerlukan pengelolaan yang lebih bijak agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat pesisir.


Kelas ditutup dengan pesan optimistis sekaligus penuh tanggung jawab dari Bapak Riza. Generasi muda, menurut beliau, adalah kunci kepemimpinan maritim Indonesia. Jika laut dikelola dengan sungguh-sungguh berbasis ekologi, kesejahteraan, dan inovasi, maka Indonesia dapat menjadi pemain utama dunia. Kelas hari itu memberikan pemahaman mendalam bahwa menjaga laut bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga menyangkut masa depan keadilan sosial-ekologis Indonesia.