PRESS RELEASE: Call for Papers Webinar Nasional Kumpulkan 50 Pemakalah Bahas Strategi Hijau Indonesia

Ditulis oleh Jurnal Peradaban Hijau | 2025-10-10

Jakarta, 10 September 2025 - Institut Hijau Indonesia bersama Tim Editorial Jurnal Peradaban Hijau baru saja menggelar Webinar Nasional & Call for Papers dengan tema “Menuju Indonesia Hijau: Strategi Indonesia Rendah Emisi 2030”, pada Rabu, 10 September 2025 pukul 08.00–15.00 WIB melalui platform Zoom Meeting.

Acara ini dilaksanakan guna mendukung agenda pemerintah menuju FOLU Net Sink 2030, sebuah target ambisius agar sektor kehutanan dan lahan Indonesia mampu menjadi penyerap karbon bersih pada tahun 2030. Adanya kekayaan hutan tropis dan keanekaragaman hayati yang dimiliki, Indonesia memiliki peran penting dalam menghadapi krisis lingkungan global yang mencakup perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta polusi dan limbah.

Acara tersebut menghadirkan tokoh-tokoh penting lintas sektor, antara lain H.E. Rut Kruger Giverin yang merupakan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timur Leste sebagai Keynote Speaker. Dalam sambutannya ia menegaskan “Di tengah krisis iklim hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi lingkungan menjadi pusat dari upaya kolektif kita, untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Tujuan indonesia untuk menurunkan emisi sebelum 2030 adalah keputusan yang berani. Norway telah lama bekerjasama, kami telah menyaksikan kepemimpinan Indonesia dalam memerangi deforestasi, memulihkan gambut serta memulihkan lanskap degradasi. Saya sangat senang melalui webinar ini, mencakup call for papers, penelitian ilmiah berperan penting memahami sistem yang kompleks dan solusi efektif dan adil. Saya mendorong generasi muda akademisi untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Suara, ide dan penelitian anda untuk membentuk masa depan yang hijau dan inklusif.

Hadir pula Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc. (pakar kehutanan), Dr. Joko Tri Haryanto, S.E., M.S.E. (ahli kebijakan lingkungan) serta Hanna Adelia Runtu, S.Hut (Alumni Green Leadership Indonesia).

Selain sesi pleno dan diskusi interaktif, kegiatan ini juga akan menjadi forum Call for Papers bagi akademisi, mahasiswa, peneliti, dan praktisi untuk mempresentasikan hasil risetnya. Terdapat sejumlah 50 pemakalah dan artikel terpilih akan diterbitkan di Jurnal Peradaban Hijau Volume 3.

“Melalui forum ini kami berharap lahir gagasan, publikasi ilmiah, dan aksi nyata demi Indonesia yang rendah emisi di tahun 2030,” ujar Dr. Qurnia Indah Permata Sari, S.IP., M.Sos, Editor in Chief Jurnal Peradaban Hijau.

Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad, menambahkan: Jika kaum intelektual bergerak bersama, baik melalui tulisan yang terpublikasi di jurnal, mimbar mimbar ilmiah maka Indonesia akan berkontribusi signifikan dalam menghadapi triple planetary crisis. Kami mengapresiasi banyak sekali kaum terdidik muda yang mengambil peran dalam kegiatan ini, dan setelah pertemuan ini kami akan menyelenggarakan seminar international, doakan semoga bisa terealisasi” 

Sementara itu, Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc. menekankan bahwa penguatan tata kelola kehutanan menjadi kunci: “Kita harus optimis, karena di dalam melakukan negosiasi itu harus berdasarkan perhitungan yang matang, seperti folu net sink 2030. Apapun kebijakan baru harus tetap selaras dengan rencana tata ruang yang sudah ada. Kita juga mempunyai kebijakan yang mendukung menurunkan emisi, kita masih on the track. Jadi, selama bisa disesuaikan dengan kebijakan yang ada saya masih optimis. 

Dari perspektif ekonomi lingkungan, Endah Tri Kurniawati selaku Direktur Perhimpunan Penghimpun dan Pengembangan Dana, BPDLH menyoroti pentingnya instrumen fiskal hijau: “Untuk isu folu ini memang BPDLH dimandatkan sumber dana folu, salah satunya adalah kerjasama dengan Indonesia dan Norwegia.  Saat ini RBC/RBP adalah satu program yang sama, dimana Indonesia mendapat insentif karena menurunkan emisi. Melalui international support ini cukup membantu pemerintah, termasuk entitas di dalamnya bisa mengakselerasi target folu net sink.”

Sementara Hanna Adelia Runtu, S.Hut menegaskan pentingnya peran generasi muda: “Anak muda harus berada di garda depan. Meskipun sering merasa strangling, tapi menghadapi tantangan perlu strategi, komunikasi dan keberanian. Krisis iklim global menjadi momen tepat untuk kita menggalakkan penanaman mangrove, kampanye edukasi untuk menjangkau dukungan serta partisipasi masyarakat. Jadi kolaborasi adalah kunci untuk memperbesar dampak, ini bisa dilakukan melalui budidaya berkelanjutan. Dengan cara ini, harapannya tantangan dapat kita ubah menjadi peluang untuk terus bergerak menuju Indonesia yang hijau”

Jurnal Peradaban Hijau merupakan jurnal akademik yang fokus pada kajian lingkungan, kehutanan, dan pembangunan berkelanjutan. Sejak 2024, jurnal ini aktif menjadi wadah publikasi bagi peneliti dan praktisi yang peduli pada isu lingkungan hidup.