Pemuda KHDTK Kintap Belajar Budidaya Ikan dalam Ember, Wujudkan Kemandirian Pangan dari Hutan

Ditulis oleh Admin | 2025-08-05

Tanah Laut, 3 Agustus 2025. Di tengah rimbunnya pepohonan kawasan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kintap, semangat pemuda dan masyarakat desa terpancar dari kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) yang digelar oleh Laboratorium Keadilan Sosial dan Ekologis (Ekososlab) Wilayah Kalimantan Selatan. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 2–3 Agustus 2025, ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari pemuda, pengurus desa, kelompok sadar wisata, dan ibu-ibu warga Desa Kintap.

Program pelatihan ini dirancang untuk memperkenalkan teknologi tepat guna yang mudah diterapkan di tingkat rumah tangga sebagai solusi pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan ekonomi keluarga. Melalui metode Budikdamber, peserta belajar mengombinasikan budidaya ikan, seperti lele dengan tanaman sayur seperti kangkung atau bayam dalam satu wadah sederhana menggunakan ember bekas atau bahan daur ulang lainnya.

Pelatihan dibuka dengan sambutan dari Penanggung Jawab Daerah Ekososlab Kalimantan Selatan, yang menekankan pentingnya kemandirian pangan dan inovasi lokal dalam menjaga ketahanan ekosistem hutan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. “Budikdamber bukan sekadar teknik budidaya, tapi juga bentuk nyata dari kesadaran ekologis. Kita belajar memanfaatkan kembali sumber daya yang ada tanpa merusak alam,” ujarnya.

Sesi pertama pelatihan berfokus pada pengenalan konsep dasar Budikdamber, mulai dari perakitan wadah, sistem aerasi sederhana, hingga cara memberi pakan ikan dengan memanfaatkan limbah dapur. Peserta kemudian diajak untuk mempraktikkan langsung pembuatan sistem Budikdamber secara berkelompok. Dalam suasana gotong royong, ember-ember berisi ikan dan tanaman mulai tersusun rapi di halaman kegiatan, menjadi simbol kecil dari semangat mandiri dan lestari.

Selain belajar aspek teknis, peserta juga mendapatkan pelatihan komunikasi publik (public speaking) agar mampu mempresentasikan ide, pengalaman, dan inovasi mereka di komunitas masing-masing. Sesi ini berlangsung hangat dan penuh antusiasme, di mana para peserta berlatih berbicara di depan umum dan saling memberikan dukungan satu sama lain.

Kegiatan juga menerapkan prinsip ramah lingkungan melalui mitigasi limbah plastik sekali pakai, dengan mengganti alat makan dan minum menggunakan peralatan reusable. Langkah sederhana ini menjadi bagian dari komitmen peserta untuk mengintegrasikan gaya hidup berkelanjutan dalam setiap kegiatan komunitas.

Menurut salah satu peserta, kegiatan ini memberikan pengalaman baru yang bermanfaat. “Ternyata kita bisa membudidayakan ikan dan sayur hanya dengan ember bekas. Selain hemat, hasilnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap seorang pemuda peserta pelatihan.

Melalui pelatihan ini, Ekososlab berharap muncul komunitas pemuda yang kreatif, mandiri, dan peduli lingkungan. Program ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Laboratorium Keadilan Sosial dan Ekologis untuk menciptakan model pembelajaran berbasis tapak, di mana masyarakat dapat belajar langsung dari alam dan mengembangkan inovasi berkelanjutan dari potensi lokal mereka sendiri.