Generasi Muda Aceh Nyatakan Sikap untuk Bumi: Roadshow Kampus “Alarm Krisis Iklim” di Universitas Syiah Kuala
Ditulis oleh Admin | 2025-08-27
Banda Aceh – Suara kepedulian terhadap bumi menggema di Universitas Syiah Kuala (USK) saat ratusan mahasiswa, dosen, dan komunitas lingkungan menghadiri Roadshow Kampus dan Komunitas “Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda” yang diselenggarakan oleh Institut Hijau Indonesia (IHI) berkolaborasi dengan BEM USK. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian EARTHIC 2025, forum edukatif dan aksi bersama untuk membangkitkan kesadaran generasi muda dalam menghadapi krisis iklim global.
Sejak pagi, ruang aula kampus dipenuhi antusiasme peserta. Dalam sambutannya, Ketua Panitia Husna menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seminar, tetapi ajakan untuk bergerak bersama. “Kaum muda adalah garda terdepan perubahan. Diskusi ini harus melahirkan tindakan nyata di lingkungan kita masing-masing,” ujarnya. Sementara itu, Waka BEM USK Mahlil Maulida berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti pada satu kali penyelenggaraan. “Kegiatan seperti ini membuka wawasan mahasiswa di luar kelas dan menumbuhkan kepedulian yang berkelanjutan,” katanya.
Dukungan datang pula dari pihak kampus. Kepala Bagian Prestasi USK, Agussani S.Si, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi antara BEM dan IHI. Ia menegaskan komitmen USK sebagai green campus yang telah menerapkan kebijakan ramah lingkungan seperti larangan penggunaan botol air mineral sekali pakai dan kewajiban membawa tumbler pribadi. “Ini bagian dari pembiasaan hidup hijau di lingkungan akademik,” ujarnya.

Dalam sesi utama, Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad menyampaikan pesan kuat tentang ancaman nyata Triple Planetary Crisis — krisis iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi. Ia menjelaskan bahwa pemanasan global telah mencapai titik kritis, di mana suhu bumi tahun 2024 telah melampaui batas aman 1,5 derajat Celsius sebagaimana disepakati dalam Paris Agreement. “Pemanasan global bukan mitos. Ini kenyataan yang akan menentukan nasib generasi berikutnya,” tegasnya.
Chalid juga menyoroti posisi Aceh yang memiliki keanekaragaman hayati luar biasa namun terancam oleh deforestasi dan pencemaran. Menurutnya, solusi tidak selalu dimulai dari kebijakan besar, melainkan dari perubahan perilaku sehari-hari. “Mulailah dari hal kecil. Matikan listrik jika tidak digunakan, kurangi kendaraan bermotor, dan jangan anggap remeh langkah sederhana. Bila dilakukan bersama, dampaknya sangat besar,” ucapnya.
Sebagai keynote speaker, Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc, Project Director FOLU Net Sink 2030, menjelaskan peran penting Indonesia dalam mengendalikan krisis iklim global. Ia menegaskan bahwa sektor kehutanan menjadi tumpuan utama menuju net sink atau keseimbangan emisi pada tahun 2030. “Target FOLU Net Sink bukan sekadar hitungan teknis, tapi komitmen untuk menciptakan ruang hidup yang layak bagi generasi sekarang dan mendatang,” jelasnya. Ia juga menekankan bahwa generasi muda memiliki peran besar dalam perubahan. “Belajar tidak hanya di ruang kelas. Melalui aksi sosial, riset lapangan, dan kolaborasi lintas sektor, anak muda bisa memberi warna nyata dalam menjaga bumi.”
Diskusi kemudian berlanjut dengan tiga narasumber inspiratif. Dr. Budi Arianto, M.A dari USK membahas peran masyarakat adat dalam menjaga hutan dan menghadapi perubahan iklim. Ia menjelaskan bahwa Aceh kini memiliki delapan hutan adat yang diakui pemerintah dan menegaskan pentingnya kesadaran generasi muda terhadap nilai adat dan ekologi. Dr. Qurnia Indah Permata Sari, S.IP., M.Sos, penulis Jurnal Peradaban Hijau, berbicara tentang peran intelektual muda menghadapi Triple Planetary Crisis. Ia mengajak mahasiswa untuk menjadi agen perubahan melalui tindakan kecil seperti membawa tumbler, mengurangi penggunaan tisu, menulis jurnal lingkungan, dan bergabung dengan komunitas peduli bumi. Sementara itu, Raja Mulkan Azhari dari Green Leadership Indonesia menyoroti potensi besar hutan Aceh yang bila dikelola berkelanjutan dapat memberikan nilai ekonomi mencapai Rp412 triliun per tahun dari fungsi ekologisnya. “Kita harus mengenal hutan agar kita bisa melindunginya,” ujarnya.
Sesi tanya jawab berlangsung dinamis. Mahasiswa dari berbagai fakultas dan komunitas mengajukan pertanyaan seputar cara mengubah perilaku masyarakat, konflik masyarakat dengan korporasi, hingga kebijakan jangka panjang pemerintah. Para narasumber menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. “Jadilah teladan. Orang lain akan meniru jika kita konsisten,” ujar Dr. Qurnia. Raja Mulkan menambahkan bahwa anak muda harus berani mengambil peran advokatif dan menyuarakan kebijakan berkeadilan ekologis.
Menjelang akhir acara, peserta dibagi ke dalam kelompok Focus Group Discussion (FGD) untuk merumuskan rekomendasi aksi nyata. Dari hasil diskusi, muncul berbagai ide seperti peningkatan pendidikan iklim di sekolah dan kampus, kampanye transisi energi bersih, pembentukan bank sampah, dan penyelenggaraan festival edukasi lingkungan. Mahasiswa juga menyoroti pentingnya gotong royong serta pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan pesan lingkungan positif. Salah satu peserta, anggota HIMA BIO, menyampaikan refleksi sederhana namun bermakna: “Berjalan kaki ke masjid saja sudah bagian dari aksi iklim.”
Acara ditutup dengan seruan bersama untuk terus bergerak. Para peserta menegaskan bahwa Roadshow Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda bukan akhir dari kegiatan, melainkan awal dari gerakan panjang menuju kesadaran ekologis di Aceh. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa anak muda bukan hanya saksi dari krisis iklim, tetapi aktor utama dalam memperjuangkan masa depan bumi. Seperti disampaikan Chalid Muhammad dalam pesan penutupnya, “Krisis iklim itu nyata, tapi bersama generasi muda, harapan itu tetap hidup. Satu langkah kecil hari ini bisa menjadi lompatan besar bagi bumi esok hari.”
Berita Lainnya
-
Edukasi Politik dan Keterlibatan Kita dalam Demokrasi Digital Citizenship dan Warna dalam Perbedaan
| 2025-12-13 -
Etika Publik Dan Tanggung Jawab sosial, perilaku sosial dan perubahan sosial
| 2025-12-13 -
System Politik di Indonesia dan Lembaga Politik di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Pemilu dan Praktik Pemilihan Umum di Indonesia
| 2025-12-13 -
Mengenal Teori-teori Besar Tentang Cara Melanggengkan Kekuasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Ekonomi Yang Menindas dan Oligarki
| 2025-12-13 -
Histori dan Tumbuh Kembang Partisipasi Politik di Indonesia Dinamika Perkembangan Partisipasi Politik dari Masa ke Masa
| 2025-12-13 -
Kekuatan Lokal dalam Partisipasi dan Representasi Politik
| 2025-12-13 -
Media dalam demokrasi modern menghadapi ancaman hoaks dan disinformasi
| 2025-12-13 -
Keterlibatan Komunitas dan Manajemen Relawan untuk Dampak Positif di Tingkat Lokal
| 2025-12-13