Generasi Hijau Kendari: Kaum Muda Bicara Iklim dan Harapan untuk Bumi
Ditulis oleh Admin | 2025-09-12
Kendari — Suasana pagi di SMA Negeri 4 Kendari pada Kamis, 11 September 2025, tampak berbeda dari biasanya. Sejak pukul 08.00 WITA, aula sekolah dipenuhi oleh semangat ratusan siswa yang antusias mengikuti kegiatan Roadshow Komunitas Pemuda “Ngobrolin Iklim Bareng Komunitas”. Kegiatan yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia (IHI) ini menghadirkan kolaborasi lintas lembaga seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Konaweha, serta dukungan dari komunitas lingkungan dan tenaga pendidik di Kendari.
Acara dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan dari para perwakilan lembaga yang menegaskan pentingnya menumbuhkan kesadaran ekologis sejak dini. Bapak Sakrianto Djawie, S.P., M.Si., Kepala BKSDA Sulawesi Tenggara, menyampaikan bahwa daerah ini memiliki kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Ia menekankan pentingnya menjaga hutan dan satwa liar agar generasi mendatang tetap bisa menikmati alam yang lestari. “Menumbuhkan kesadaran lingkungan harus dimulai dari generasi muda, dan kegiatan seperti ini sangat efektif karena tidak hanya berbicara, tetapi juga mengajak bertindak,” ujarnya penuh semangat.

Pesan serupa disampaikan oleh Bapak Freddy Toimby Limbong, S.P., M.M.A., Kepala BPDAS Konaweha Sulawesi Tenggara, yang menyoroti pentingnya menjaga daerah aliran sungai sebagai jantung ekosistem. Ia menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan tidak mungkin dicapai tanpa partisipasi aktif masyarakat, khususnya generasi muda. “Kami mengapresiasi kolaborasi yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia. Dengan semangat dan inovasi, kaum muda bisa menjadi motor penggerak konservasi sumber daya air,” tuturnya.
Sementara itu, Bapak Liyu, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Kendari, menyampaikan rasa bangga karena sekolahnya terpilih menjadi lokasi kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa isu iklim tidak hanya menjadi topik akademik, tetapi juga realitas yang harus dihadapi bersama. “Melalui kegiatan seperti Green Leadership Indonesia (GLI) dan Green Youth Movement (GYM), siswa bisa belajar menjadi agen perubahan. Mereka tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli terhadap lingkungan dan sosial,” ucapnya saat membuka acara secara resmi.
Sesi diskusi dibuka oleh Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia, yang memantik kesadaran peserta dengan paparan tentang Triple Planetary Crisis yakni krisis iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi. Ia menjelaskan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi kenaikan suhu global, ancaman kepunahan spesies, dan pencemaran plastik yang kian parah. “Krisis ini adalah utang ekologis yang diwariskan kepada generasi muda. Tapi justru di tangan pemuda pula, harapan perubahan itu bisa tumbuh,” ujarnya. Chalid mengajak para siswa untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku perubahan melalui riset, kampanye, dan aksi nyata di sekolah maupun lingkungan sekitar.
Setelah sesi pemantik, para peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok dalam Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas berbagai tema lingkungan. Dari diskusi itu, muncul gagasan dan solusi yang mencerminkan kepedulian dan kreativitas generasi muda Kendari. Kelompok pertama membahas pendidikan dan kesadaran iklim dengan usulan aksi bersih-bersih lingkungan sebagai cara sederhana namun efektif meningkatkan partisipasi masyarakat. Kelompok energi terbarukan menyoroti transisi dari bahan bakar fosil menuju sumber energi bersih, mengajak semua pihak untuk menghemat listrik dan menggunakan transportasi publik.
Kelompok lain membahas ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, sementara kelompok tentang kota hijau mengusulkan kampanye transportasi ramah lingkungan dengan narasi positif: “Langkah kecil kita berarti besar bagi bumi.” Isu air dan bencana iklim juga mendapat perhatian, dengan gagasan pembangunan waduk dan lubang biopori sebagai solusi jangka panjang.
Diskusi tentang hutan dan keanekaragaman hayati menghasilkan ide “Adopsi Pohon”, di mana setiap warga sekolah bertanggung jawab menjaga satu pohon. Kelompok ekonomi sirkular mengusulkan Gerakan Sekolah Hijau yang melibatkan bank sampah, lomba daur ulang, dan hari tanpa motor. Kelompok lainnya mengaitkan keadilan sosial dengan isu iklim melalui proyek “Kebun Gizi Mandiri” untuk membantu keluarga rentan memenuhi kebutuhan pangan sehat.
Dalam sesi teknologi dan inovasi, para siswa menciptakan ide-ide kreatif seperti komposter otomatis, alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar, hingga aplikasi pelaporan banjir. Sedangkan kelompok terakhir membahas dampak industri ekstraktif terhadap krisis iklim dan mengusulkan kampanye reboisasi serta kelompok pengawas lingkungan berbasis masyarakat.
Hasil diskusi dipresentasikan dengan semangat dan rasa percaya diri yang tinggi. Setiap kelompok menyuarakan pandangan mereka dengan cara yang inspiratif, menandakan bahwa generasi muda Kendari siap menjadi bagian dari solusi global terhadap krisis planet. Acara ditutup dengan ajakan kolektif dari fasilitator agar siswa tidak berhenti di ruang diskusi, tetapi terus bergerak dalam aksi nyata menjaga bumi.
Kegiatan Ngobrolin Iklim Bareng Komunitas Pemuda di SMA Negeri 4 Kendari menjadi bukti bahwa kesadaran ekologis bisa tumbuh di mana saja, termasuk di ruang kelas. Dengan antusiasme, kreativitas, dan rasa ingin tahu, para pelajar Kendari telah menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Seperti pesan yang bergema di akhir kegiatan, “Jika bukan kita yang menjaga bumi, siapa lagi?”
Berita Lainnya
-
Edukasi Politik dan Keterlibatan Kita dalam Demokrasi Digital Citizenship dan Warna dalam Perbedaan
| 2025-12-13 -
Etika Publik Dan Tanggung Jawab sosial, perilaku sosial dan perubahan sosial
| 2025-12-13 -
System Politik di Indonesia dan Lembaga Politik di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Pemilu dan Praktik Pemilihan Umum di Indonesia
| 2025-12-13 -
Mengenal Teori-teori Besar Tentang Cara Melanggengkan Kekuasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Ekonomi Yang Menindas dan Oligarki
| 2025-12-13 -
Histori dan Tumbuh Kembang Partisipasi Politik di Indonesia Dinamika Perkembangan Partisipasi Politik dari Masa ke Masa
| 2025-12-13 -
Kekuatan Lokal dalam Partisipasi dan Representasi Politik
| 2025-12-13 -
Media dalam demokrasi modern menghadapi ancaman hoaks dan disinformasi
| 2025-12-13 -
Keterlibatan Komunitas dan Manajemen Relawan untuk Dampak Positif di Tingkat Lokal
| 2025-12-13