Anak Muda Aceh Bergerak: Suara dari SMA Negeri 1 Banda Aceh untuk Bumi
Ditulis oleh Admin | 2025-08-27
Banda Aceh – Suasana semangat dan kepedulian terhadap lingkungan memenuhi aula SMA Negeri 1 Banda Aceh pada Selasa, 26 Agustus 2025. Lebih dari seratus peserta dari berbagai komunitas dan sekolah berkumpul dalam kegiatan Roadshow Komunitas Pemuda “Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda”, yang diselenggarakan oleh Institut Hijau Indonesia (IHI) bekerja sama dengan Green Youth Movement dan Simpul Belajar BKSDA Aceh. Acara ini menjadi bagian penting dari upaya membangun kesadaran generasi muda terhadap isu perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan polusi, tiga krisis utama yang kini mengancam keberlanjutan bumi.
Kegiatan dimulai sejak pagi dengan registrasi peserta dan tamu undangan, diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk semangat kebangsaan. Setelah itu, para peserta mendengarkan sambutan dari para tokoh yang terlibat dalam gerakan lingkungan hidup. Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran anak muda dalam menghadapi Triple Planetary Crisis. Ia mengingatkan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang sudah terjadi sekarang. “Anak muda memegang peran besar dalam menciptakan inovasi dan gerakan kreatif yang bisa mengubah arah masa depan. Melalui ide, kolaborasi, dan aksi sederhana, kita bisa menjadi bagian dari solusi,” ujarnya.
https://instituthijauindonesia.or.id/img/dokumentasi_berita/gambar_berita/1761727639_DSC07690.jpeg class="img-thumbnail"
Sambutan berikutnya datang dari Toniara S.E, perwakilan Simpul Belajar BKSDA Aceh, yang menyampaikan pentingnya keterlibatan anak muda dalam konservasi hutan dan keanekaragaman hayati di Aceh. Ia menilai bahwa program seperti Green Leadership Indonesia (GLI) dan Green Youth Movement (GYM) telah berperan besar dalam membangun jejaring dan kesadaran lingkungan di kalangan pelajar dan mahasiswa. “Pelestarian alam tidak akan berhasil tanpa keterlibatan pemuda. Mereka harus menjadi motor penggerak untuk menjaga sumber daya alam daerahnya sendiri,” katanya.
Sementara itu, Ibu Melfrina Yuniar, S.E, selaku Wakil Humas SMA Negeri 1 Banda Aceh, menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap kegiatan tersebut. Ia menuturkan bahwa sekolahnya selalu terbuka untuk kegiatan kepemudaan dan lingkungan karena sejalan dengan nilai pendidikan karakter. “SMA Negeri 1 Banda Aceh sudah dua kali mengirimkan delegasi untuk Green Youth Movement. Kami bangga menjadi bagian dari sekolah yang mendukung aksi nyata pelajar dalam menjaga bumi,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya bidang pertanian ramah lingkungan dan praktik keberlanjutan yang bisa dimulai dari lingkungan sekolah.
Usai sambutan dan pembukaan resmi kegiatan, para peserta diajak menonton dua film pendek bertema lingkungan yang menggambarkan kondisi nyata kerusakan alam di sekitar kita. Pemutaran film ini menjadi refleksi awal bagi peserta untuk memahami urgensi tindakan nyata dalam menghadapi perubahan iklim. Diskusi kemudian dipandu oleh Latifurrahmi, yang mengajak peserta membahas pesan moral dari film tersebut, disusul dengan kuis interaktif yang menambah semangat dan keakraban suasana.
Bagian inti kegiatan diisi dengan Focus Group Discussion (FGD), yang dipandu oleh Latifurrahmi dan Nurul Daba. Peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan masing-masing didampingi oleh fasilitator. Setiap kelompok berdiskusi selama satu jam untuk menjawab lima pertanyaan utama sesuai tema yang mereka dapatkan. Mereka menuliskan ide dan gagasan dalam bentuk mind map di atas kertas manila, lalu mempresentasikannya di depan peserta lain dalam waktu lima menit. Metode ini membuat suasana belajar menjadi aktif, menyenangkan, dan partisipatif.
Topik yang diangkat dalam diskusi mencakup berbagai isu penting seperti perubahan iklim, pendidikan lingkungan, transisi energi, dan peran generasi muda dalam mengatasi polusi. Banyak gagasan menarik muncul dari hasil diskusi ini, mulai dari ajakan untuk menanam pohon di lingkungan sekolah, membentuk bank sampah di tiap kelas, hingga memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi lingkungan. Peserta juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dan dunia pendidikan dalam mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam kurikulum pembelajaran.
Kegiatan berlangsung dengan penuh antusias hingga siang hari. Para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga pengalaman berharga dalam berdialog, berargumentasi, dan menyampaikan ide untuk perubahan. Melalui kegiatan ini, anak-anak muda Aceh kembali menunjukkan bahwa mereka siap menjadi bagian dari solusi atas krisis iklim dan lingkungan yang dihadapi dunia.
Roadshow komunitas ini menjadi ruang penting bagi generasi muda untuk menumbuhkan kesadaran kolektif dan rasa tanggung jawab terhadap bumi. Sebagaimana disampaikan oleh Chalid Muhammad, “Krisis iklim adalah kenyataan yang harus kita hadapi bersama. Tapi dari ruang-ruang seperti ini, harapan selalu tumbuh. Karena setiap langkah kecil yang dilakukan dengan niat baik akan membawa dampak besar bagi masa depan bumi.”
Berita Lainnya
-
Edukasi Politik dan Keterlibatan Kita dalam Demokrasi Digital Citizenship dan Warna dalam Perbedaan
| 2025-12-13 -
Etika Publik Dan Tanggung Jawab sosial, perilaku sosial dan perubahan sosial
| 2025-12-13 -
System Politik di Indonesia dan Lembaga Politik di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Pemilu dan Praktik Pemilihan Umum di Indonesia
| 2025-12-13 -
Mengenal Teori-teori Besar Tentang Cara Melanggengkan Kekuasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia
| 2025-12-13 -
Sistem Ekonomi Yang Menindas dan Oligarki
| 2025-12-13 -
Histori dan Tumbuh Kembang Partisipasi Politik di Indonesia Dinamika Perkembangan Partisipasi Politik dari Masa ke Masa
| 2025-12-13 -
Kekuatan Lokal dalam Partisipasi dan Representasi Politik
| 2025-12-13 -
Media dalam demokrasi modern menghadapi ancaman hoaks dan disinformasi
| 2025-12-13 -
Keterlibatan Komunitas dan Manajemen Relawan untuk Dampak Positif di Tingkat Lokal
| 2025-12-13